Myhafiezers
Read more: http://myhafiezers.blogspot.com/2012/05/cara-membuat-efek-hujan-di-blog.html#ixzz28L2z92pC

Universitas Gunadarma

Jumat, 25 Maret 2016

Tugas softkill bahasa inggris bisnis 2

Choose one which is wrong from the four choices
1. She has finish working in the laboratories, and now she began to write the result of her experiment.
        A       BCD
Jawaban : A Karena seharusnya adalah was finish bukan has finish
2. No one would have attended the lecture if you told the truth about the guest speaker.
AB           C    D
Jawaban : A Kalimat yang benar adalah have attend bukan have attended
3. If Rudy would have studied German in college, he would have not found the scientific terminology
   A    B   C
so  difficlut to undertand.
D
Jawaban : A Tidak perlu kata have pada kata would have studied
4. Our Spanish professor would like us spending more time in the laboratory practicing our pronunciation.
      ABC      D
Jawaban : D Kata practicing tidak cocok untuk melanjutkan kalimat diatas.
5. Marry usually arrives at the office at nine oclock, but because the strom, she was two hours late.
A       BC  D
Jawaban : D Kata keterangan waktu tersebut seharusnya berada dibelakang kalimat
6. The director felt badly about not giving Mary the position that she has sought with his company.
          A   B   C         D
Jawaban :  A Kata yang benar adalah bad, bukan badly
7. The president went fishing after he has finished with the conference.
A      B             C  D
Jawaban : B Kata yang benar adalah afther he finished, tidak perlu kata has
8. Where do you live now? I live in Utah, my parents also do.
     A       B          CD
Jawaban : D Karena seharusnya my parents too
9. After she had bought himself and automobile, she sholder bicycle.
  A     BCD
Jawaban : D Bukan merupakan kata yang tepat
10. The next important question we have to decide is when we have to submitting the proposal.
AB     C         D
Jawaban : D Karena tidak memerlukan verb-ing untuk kata kerja yg tidak sedang dilakukan
11. George hasnt completed the assignment yet, and Maria hasnt either.
           A B       C        D
Jawaban : C Karena sudah dinyatakan dengan hasnt completed, jadi tidak perlu kata yet.
12. After George had returned to his house, he was reading a book.
          A  B   CD
Jawaban : D Karena kata yang benar adalah wa read bukan was reading
13. The manager has finished working on the report last night, and now she will begin to write the other
          AB   C   D
proposal.
Jawaban : B Karena sudah terdapat verb di depannya
14. After take the medication, the patient became drowsy and more manageable.
     A           B     C D
Jawaban : B Harusya adalah medicine bukan medication
15. Because Sam and Jack had done all the work theirselves, they were unwilling to give the result to Joana.
      A        B C        D
Jawaban : B Kata yang tepat adalah have done bukan had done

16. It was him who came running into the classroom with the news.
A       BC     D
Jawaban : D Verb yang digunakan harusnya bukan verb-ing
17. If crisis would occur, those unfamiliar with the procedures would not know how to handle the situation.
A           B         C D
Jawaban : C
18. Anybody who plans to attend the meeting ought send a short note to the chairperson.
A   BC     D
Jawaban : A Karena didahului kata pengganti who, maka tidak butuh
19. Louise is the more capable of the three girls who have tried out for the part in the play.
AB         C          D
Jawaban : A Karena tidak memerlukan kata the.
20. Despite his smiling face, the second-place contestant is more sadder than the winner.
    A  BC       D
Jawaban : D Karena kata perbandingan sadder tidak memerlukan kata more.
21. It has been a long time since we have talked, isnt it?
A     B       CD
Jawaban : D Karena kata diawal kalimat menggunakan it has, bukan it is.
22. He is the only candidate who the faculty members voted not to retain on the list of eligible replacement
            A       B       CD
fot Professor Kate.
Jawaban : B Harusnya menggunakan kata that atau which

Senin, 25 Mei 2015

Tulisan - catatan penulisan ilmiah

Nama : AMALIA ANANDA PUTRI
Npm   : 10212676
Kelas : 3EA20

MEMBUAT CATATAN HARIAN “PENULISAN ILMIAHI”
Saya ada tugas softkill di suruh oleh dosen softkill ibu untuk pembuatan bab 1 setelah sudah jadi saya di suruh mengirim penulisan ilmiah itu ke dosen pembimbing ya sebenar gampang karna langsung dapat revisi tp yg namanya kita butuh kebenaran ketepatan dalam bahasa ilmiah yang baik dan benar kita juga takut pada saat menulis kan untuk bab bab selanjutnya iyalah pasti. Disisi lain ada enaknya juga karna langsung revisi tidak perlu takut takut pi kita tidak diterima karena sudah menjadi tanggung jawab si dosen pembimbing.
Setelah itu ketika anak anak yang diajarkan dosen pembimbing ini tidak dapat melanjutkan karena sudah tidak tau lagi harus bagaimana barulah dateng sang dosen pembimbing mengabari anak asuhnya untuk bimbingan lagi dan dosen pembimbing tersebut menginginkan kelarkan sampai bab 5 lalu revisi dan lanjut sidang Penulisan ilmiah.

Sabtu, 23 Mei 2015

Tugas Softkill - bahasa indonesia 2

Nama  : Amalia Ananda Putri
Npm    : 10212676
Kelas  : 3EA20

Tugas softkill
- buku harian penulisan ilmiah
- penyusunan tesis
- karangan ilmiah
- laporan penulisan laporan ilmiah

Buku harian penulisan ilmiah

Buku harian penulisan terdiri dari Sistematika sistematika adalah salah satu untuk menyusunan buku harian penulisan ilmiah adalah peraturan dasar dalam menyusun suatu hal agar menjadi teratur, terstruktur, rapi, jelas dan baik yang kelanjutanya akan bermanfaat bagi penggunanya untuk dijadikan sebagai sumber informasi. Dalam melakukan kegiatan penulisan ilmiah pun memerlukan sistematika untuk membentuk tulisan yang berbobot dan teratur. Sistematika penulisan sering digunakan oleh semua individu baik itu yang berada di lembaga pendidikan, pemerintah, yayasan, maupun perusahaan. Tujuan utama sistematika penulisan ilmiah tentunya sangat bermanfaat bagi pihak penulis maupun pembaca. Bagi pihak penulis Sistematika penulisan ilmiah sangat bermanfaat untuk :
1. untuk membentuk ilmiah yang memiliki keteraturan, berbobot, dan berisi.
2. kejelasan dan kelengkapan dalam menyampaikan teori-teori dan opini suatu hal yang dibahas kepada pembaca.
Sistematika penulisan pun membawa manfaat bagi pihak pembaca, manfaatnya adalah agar pembaca dapat mengetahui semua informasi dengan jelas dan tepat dari isi ilmiah tersebut sehingga tidak akan terjadi kesalahan saat membaca ilmiah tersebut. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat suatu ilmiah dengan menggunakan sistematika penulisan adalah :

1. Penulis harus memerhatikan bagian-bagian manakah yang harus diletakan atau dimasukan pada masing-masing unsur atau bagian sistematika. Misalnya: Latar belakang atau dasar permasalahan objek pembahasan suatu ilmiah harus diletakan pada Bab I, biasanya dikenal dengan Bab Pendahuluan.
2. ketelitian dalam menyusun sistematika ilmiah diperlukan oleh seorang penulis untuk menyusun suatu ilmiah.
3. Ada baiknya sebelum menyusun atau membangun isi ilmiah yang terdiri dari beberapa Bab, penulis disarankan membuat daftar atau draft bagian-bagian pembahasan yang akan dimasukan dalam ilmiah. Hal tersebut bermanfaat untuk memberikan kemudahan kepada penulis pada saat menulis dan mengurangi kesalahan pada saat menulis.

Berikut adalah Sistematika penulisan ilmiah yang umumnya digunakan ialah :
• Cover / Halaman depan
• Kata Pengantar
• Daftar Isi
• BAB I (Pendahuluan)
-. Latar belakang
-………..
-………..
• BAB II(Pembahasan)
– Pengertian ….
– ………..
– ………..
• BAB III (Penutup)
– Kesimpulan
– Saran dan kritik
• Daftar Pustaka
Sebagian sistematika penulisan ilmiah juga terdapat tambahan sebelum daftar pustaka, yaitu Lampiran dan Daftar Rujukan. berikut adalah penjelasan mengenai sistematika penulisan ilmiah:

A. Cover atau Halaman Depan
Halaman depan merupakan bagian penting dari sistematika penulisan. tanpa halaman depan ilmiah, pembaca tidak akan mengetahui objek yang dibahas oleh penulis. Halaman Depan ilmiah terdiri dari Judul ilmiah, nama penyusun, dan nama instasi atau lembaga penulis berasal. Judul yang terdapat pada halaman depan ini akan membantu pembaca mengetahui objek masalah secara keseluruhan.

B. Kata Pengantar
Sama pentingnya dengan halaman depan ilmiah, kata pengantar adalah susunan paragraf memiliki fungsi sebagai pengantar atau pembuka yang berisi kalimat-kalimat penulis yang ditujukan kepada pihak-pihak yang langsung berkaitan dengan proses pembuatan ilmiahnya. Biasanya menulis Paragraf pertama pada kata pengantar selalu dimulai dengan mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan, dan paragraf selanjutnya penulis biasanya akan berterima kasih kepada pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam proses penyusunan ilmiah. Ekspresi permohonan maaf yang mungkin saja timbul pada penulisan ilmiah oleh penulis akan terlihat pada paragraph terakhir. jangan lupa untuk mencamtukan tanggal pembuatan kata pengantar dan nama penulis.

C. Daftar Isi
Daftar isi adalah Daftar yang berisi sekumpulan nomor halaman untuk mempermudah pembaca menemukan bagian atau isi yang akan dibaca. Daftar isi berada setelah kata pengantar dalam sebuah ilmiah. Disarankan daftar isi di buat pada saat seluruh pembentukan isi-isi ilmiah telah selesai dibuat.

D. Pendahuluan
Pada bab I terdapat unsur-unsur berikut ini :
1. Latar belakang
2. Masalah penulisan topik
3. Tujuan penulisan

PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Menulis dan berpikir merupakan dua kegiatan yang dilakukan secara bersama dan berulang-ulang. Dengan kata lain, tulisan adalah wadah yang sekaligus merupakan hasil pemikiran. Melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengkomunikasikan pikirannya. Melalui kegiatan berpikir, penulis dapat meningkatkan kemampuannya dalam menulis.
Untuk mengasilkan tulisan yang baik setiap penulis hendaknya memiliki tiga keterampilan dasar dalam menulis yaitu keterampilan berbahasa, penyajian dan keterampilan pewajahan. Ketiga keterampilan ini harus saling menunjang atau isi-mengisi. Kegagalan dalam salah satu komponen dapat mengakibatkan gangguan dalam menuangkan ide secara tertulis. Setelah selesai membuat langkah-langkah penulisan maka seorang penulis harus membuat laporan dari penulisan yang dia buat.
1.2Rumusan Masalah
1.Apakah macam-macam laporan dalam penulisan ilmiah?
2.Apakah ciri-ciri laporan ilmiah?
3.Bagaimanakah persyaratan bagi pembuat laporan ilmiah?
1.3Tujuan
1.Untuk mengetahui macam-macam laporan dalam penulisan ilmiah
2.Untuk mengetahui ciri-ciri laporan ilmiah
3.Untuk mengetahui persyaratan bagi pembuat laporan ilmiah
PEMBAHASAN
Laporan Ilmiah
Laporan Ilmiah adalah laporan yang disusun melalui tahapan berdasarkan teori tertentu dan menggunakan metode ilmiah yang sudah disepakati oleh para ilmuwan.
Macam-macam Laporan
a.Laporan berbentuk formulir isian
laporan ini biasanya telah disiapkan blanko daftar isian yang diserahkan pada tujuan yang akan dicapai.
b.Laporan berbentuk surat
Laporan yang bentuk surat prinsipnya sama dengan surat biasa perbedaannya terlatak pada isi dan panjang surat.
c.Laporan berbentuk memorandum
Laporan berbentuk memo atau catatan pendek lebih singkat dibanding surat.laporan ini sering digunakan dalam lingkungan organisasi/lembaga/antara atasan dan bawahan dalam suatu hubungan kerja.
d.Laporan perkembangan dan keadaan
Laporan perkembangan adalah laporan yang bertujuan untuk menyampaikan perkembangan,perubahan yang sudah dicapai dalam usaha untuk mencapai tujuan/sasaran yang telah ditentukan tujuannya untuk menyebarkan kondisi yang ada pada saat laporan itu dibuat.
e.Laporan berkela
Laporan berkela dibuat secara rutin (harian,mingguan,bulanan,tahunan) misalnya laporan keuangan,produksi dan peningkatan prestasi.
Ciri-ciri Laporan
a.Ringkas
Dalam laporan yang ditulis hanya mengemukakan hal pokok secara ringkas yang berhubungan dengan tugasnya sehingga penerima laporan segera mengetahui permasalahannya.
b.Lengkap
      Laporan akan semakin sempurna jika dilengkapi dengan sumber kepustakaan.
c.Logis
Laporan dianggap logis jika keterangan yang diberikan dapat ditelusuri alasan-alasan yang masuk akal.
d.Sistematis
      Laporan dianggap sistematis jika disusun secara berurutan dan saling berhubungan.
Persyaratan Bagi Pembuat Laporan
1.Memiliki pengetahuan tangan pertama tentang hal yang dilaporkan. Sering kali pengetahuan tangan pertama itu perlu dilengkapi dengan pengetahuan dan pengalaman orang lain.
2.Memiliki sifat tekun dan teliti. Laporan yang baik tidak meninggalkan pertanyaan tak terjawab bagi pembacanya. Semua kesimpulan yang dapat ditarik dan pernyataan-pernyataan umum harus dibuat secara tepat.
3.Bersifat objektif. Pernyataan yang dibuat harus menurut kenyataan; kesimpulan dan rekomendasi dibenarkan oleh kenyataan, walaupun konklusi dan rekomendasi itu berlawanan dengan yang diharapkan, bahkan dapat berakibat merugikan bagi dirinya sendiri.
4.Kemampuan untuk menganalisis dan menyamaratakan. Laporan itu adalah sebuah analisis. Pembuat laporan membagi-bagi subjek, memperlihatkan bagian-bagian yang berbeda, dan menunjukkan kaitannya satu dengan yang lain.
PENUTUP
Kesimpulan
Laporan Ilmiah adalah laporan yang disusun melalui tahapan berdasarkan teori tertentu dan menggunakan metode ilmiah yang sudah disepakati oleh para ilmuwan.
Macam-macam Laporan
1.Laporan berbentuk formulir isian
2.Laporan berbentuk surat
3.Laporan berbentuk memorandum
4.Laporan perkembangan dan keadaan
5. Laporan berkela
Ciri-ciri Laporan
1.Ringkas
2.Lengkap
3.Logis
4.Sistematis
DAFTAR PUSTAKA
http://bald-gugungondrong.blogspot.com/2013/05/pengertian-tujuan-manfaat-jenis-dan.html
http://asendra.blogspot.com/2013/05/laporan-ilmiah-tugas-bahasa-indonesia-2.htm
http://panduanguru.com/persyaratan-penulis-laporan-ilmiah-panduan-laporan-ilmiah-untuk-guru

2. Penyusunan tesis

Tesis adalah jenis karya tulis dari hasil studi sistematis atas masalah. Tesis mengandung metode pengumpulan, analisis dan pengolahan data, dan menyajikan kesimpulan serta mengajukan rekomendasi. Orisinalitas tesis harus nampak, yaitu dengan menunjukkan pemikiran yang bebas dan kritis. Penulisannya baku dan tesis dipertahankan dalam sidang. Tesis juga bersifat argumentative dan dihasilkan dari suatu proses penelitian yang memiliki bobot orisinalitas tertentu

Bagian-Bagian Tesis
Pada buku pedoman ini naskah tesis dibagi menjadi lima bagian, yaitu:
(1) abstrak;
(2) bagian persiapan;
(3) tubuh utama tesis;
(4) daftar pustaka;
(5) lampiran.
II.2 Abstrak
Abstrak yang dimaksudkan merupakan extended abstract terdiri atas satu halaman abstrak atau lebih yang memuat abstrak tesisnya sendiri. Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, masing-masing dimulai pada halaman baru.
Abstrak terdiri atas 500 - 800 kata dan memuat permasalahan yang dikaji, metode yang digunakan, ulasan singkat, serta penjelasan hasil dan kesimpulan yang diperoleh. Di dalam abstrak tidak boleh ada referensi.
Abstrak tesis dicetak dengan jarak satu spasi dan mempunyai batas tepi yang sama seperti tubuh utama tesis. Halaman-halaman yang memuat abstrak tesis diberi judul ABSTRAK, yang berjarak ± 3 cm dari tepi atas kertas. Halaman ini juga memuat judul tesis, nama lengkap mahasiswa dan NIM yang bersangkutan. Kalimat pertama abstrak tesis berjarak 1,5 spasi dari baris terakhir NIM mahasiswa. Kata pertama atau awal paragraf baru dipisahkan dengan dua spasi dari kalimat terakhir paragraf yang mendahuluinya. Format halaman abstrak dapat dilihat pada lampiran 2 buku pedoman ini.
Lembar abstrak diakhiri dengan daftar kata kunci (keywords).

Karangan Ilmiah

Karya ilmiah lazim juga disebut karangan ilmiah. Lebih lanjut, Brotowidjoyo menjelaskan karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Karya ilmiah dapat juga berarti tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/keilmiahannya (Susilo, M. Eko, 1995:11).

Karya ilmiah atau dalam bahasa Inggris (scientific paper) adalah laporan tertulis dan publikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Terdapat berbagai jenis karangan ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya semua itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan.

Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah biasa dijadikan acuan (referensi) ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya. Isi (batang tubuh) sebuah karya ilmiah harus memenuhi syarat metode ilmiah. Menurut John Dewey ada 5 langkah pokok proses ilmiah, yaitu (1) mengenali dan merumuskan masalah, (2) menyusun kerangka berpikir dalam rangka penarikan hipotesis, (3) merumuskan hipotesis atau dugaan hasil sementara, (4) menguji hipotesis, dan (5) menarik kesimpulan.

Di perguruan tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah, seperti makalah, laporan praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Yang disebut terakhir umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis pakar-pakar dalam bidang tertentu yang dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian. Dalam beberapa hal, ketika mahasiswa melakukan praktikum, ia sebetulnya sedang melakukan verifikasi terhadap proses penelitian yang telah dikerjakan ilmuwan sebelumnya. Kegiatan praktikum didesain pula untuk melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.

Ciri Karya Ilmiah

Secara ringkas, ciri-ciri karya ilmiah dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Objektif.

Keobjektifan ini tampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga setiap pernyataan atau simpulan yang disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang bisa dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, siapa pun dapat mengecek (memvertifikasi) kebenaran dan keabsahannya.

2. Netral.

Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan yang bersifat mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca perlu dihindarkan.

3. Sistematis.

Uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dan sebagainya. Dengan cara demkian, pembaca akan bisa mengikutinya dengan mudah alur uraiannya.

4. Logis.

Kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif atau deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data digunakan pola induktif; sebaliknya, kalau bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis digunakan pola deduktif.

5. Menyajikan Fakta (bukan emosi atau perasaan).

Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yaitu menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional (menggebu-gebu seperti orang berkampanye, perasaan sedih seperti orang berkabung, perasaan senang seperti orang berkampanye
6.  Tidak Pleonastis

Maksudnya kata-kata yang digunakan tidak berlebihan alias hemat. Kata-katanya jelas atau tidak berbelit- belit (langsung tepat menuju sasaran).

7.  Bahasa yang digunakan adalah ragam formal.

Perbedaan Karya Ilmiah dengan Nonilmiah

Istilah karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.

Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek. Pertama, karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau observasi.Kedua, karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi. Ketiga, dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.

Selain karya ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat juga karangan yang berbentuk semiilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa membedakan dengan tegas antara karangan semiilmiah ini dengan karangan ilmiah dan nonilmiah. Finoza (2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang membedakan antara karangan semiilmiah, ilmiah, dan nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan semiilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan kata lain, karangan semiilmiah lebih mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum daripada istilah-istilah khusus. Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan semiilmiah agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah memiliki pendahuluan (preliminaris)  yang tidak selalu terdapat pada karangan semiilmiah.

Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah, semiilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semiilmiah antara lain artikel,  feature, kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah drama.

Karya nonilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum. Karangan nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis. Karya nonilmiah bersifat (1) emotif: kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi, (2) persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative, (3) deskriptif: pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif, dan (4) jika kritik adakalanya tanpa dukungan bukti.

Sumber :

1. http://one.indoskripsi.com/node/1689
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Karya_ilmiah
3. http://menulisbukuilmiah.blogspot.com/2008/10/karya-tulis-ilmiah-ciri-dan-sikap.html
4. http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090418142946AABdXER
5. http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2009/07/kary

Senin, 13 April 2015

Bab 4,5,6 Karangan Ilmiah Dan Non Ilmiah, metode penelitian

Nama : Amalia Ananda Putri
Npm   : 10212676
Kelas : 3EA20

Tugas softskill bahasa indonesia 2 bab 4 -  Karangan ilmiah dan non ilmiah

Karangan Ilmiah Dan Karangan Non Ilmiah

Karangan merupakan karya tulis yg menghasilkan suatu kegiatan dimana  seseorang untuk mengungkapkan gagasan yang menyampaikanya melalui bahasa dan  tulis kepada pembaca untuk dipahami apakah bahasa dan tulisan yang digunakan dapat dicerna dengan baik. Dalam artikel ini akan dibahas tentang 3 jenis karangan, yaitu: karangan ilmiah, karangan non ilmiah, dan karangan semi ilmiah. Berikut ini penjelasannya.

I. Karangan ilmiah
Karangan ilmiah adalah biasa disebut karya ilmiah, yakni laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Atau suatu pengamatan melalui media observasi dimana penelitian dilakukan dengan judul yang sesuai
Ada berbagai jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.

Tujuan karya ilmiah: agar gagasan penulis karya ilmiah itu dapat dipelajari, lalu didukung atau ditolak oleh pembaca.

Fungsi karya ilmiah: sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

1. Penjelasan (explanation)
2. Ramalan (prediction)
3. Kontrol (control)

Hakikat karya ilmiah: mengemukakan kebenaran melalui metodenya yang sistematis, metodologis, dan konsisten.

Syarat menulis karya ilmiah :

1. motivasi dan displin yang tinggi
2. kemampuan mengolah data
3. kemampuan berfikir logis (urut) dan terpadu (sistematis)
4. kemampuan berbahasa

Sifat karya ilmiah formal harus memenuhi syarat:

1.Lugas dan tidak emosional
Mempunyai satu arti, sehingga tidak ada tafsiran sendiri-sendiri (interprestasi yang lain).

2.Logis
Disusun berdasarkan urutan yang konsisten

3.Efektif
Satu kebulatan pikiran, ada penekanan dan pengembagan.

4.Efisien
Hanya mempergunakan kata atau kalimat yang penting dan mudah dipahami

5.Ditulis dengan bahasa Indonesia yang baku.

Jenis-jenis karya ilmiah
karya ilmiah di perguruan tinggi, menurut Arifin (2003), dibedakan menjadi:

1.Makalah, adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. makalah menyajikan masalah dengan melalui proses berpikir deduktif atau induktif.

2.Kertas kerja, seperti halnya makalah, adalah juga karya tulis ilmiah yang menyajikan sesuatu berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Analisis dalam kertas kerja lebih mendalam daripada analisis dalam makalah.

3.Skripsi, adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta empiris-objektif, baik bedasarkan penelitian langsung (obsevasi lapangan, atau percobaan di laboratorium), juga diperlukan sumbangan material berupa temuan baru dalam segi tata kerja, dalil-dalil, atau hukum tertentu tentang salah satu aspek atau lebih di bidang spesialisasinya.

4.Tesis, adalah karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam dibandingkan dengan skripsi. Tesis mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian sendiri.

5.Disertasi, adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih (valid) dengan analisis yang terinci). Disertasi ini berisi suatu temuan penulis sendiri, yang berupa temuan orisinal. Jika temuan orisinal ini dapat dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan penguji, penulisnya berhak menyandang gelar doktor (S3).

Manfaat Penyusunan karya ilmiah

Menurut sikumbang (1981), sekurang-kurangnya ada enam manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut :

1.Penulis dapat terlatih mengembangkan keterampilan membaca yang efektif karena sebelum menulis karya ilmiah, ia mesti membaca dahulu kepustakaan yang ada relevansinya dengan topik yang hendak dibahas.

2.Penulis dapat terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber, mengambil sarinya, dan mengembangkannya ke tingkat pemikiran yang lebih matang.

3.Penulis dapat berkenalan dengan kegiatan perpustakaan seperti mencari bahan bacaan dalam katalog pengarang atau katalog judul buku.

4.Penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasi dan menyajikan data dan fakta secara jelas dan sistematis.

5.Penulis dapat memperoleh kepuasan intelektual.

6.Penulis turut memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat.

II. Karangan Semi Ilmiah

Adalah sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannyapun dengan bahasa konkret, gaya bahasa formal, dan didukung dengan fakta umum yang dapat dibuktikan benar atau tidaknya atau sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam suatu tulisan dan penulisannya tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering di masukkan karangan non-ilmiah. Maksud dari karangan non-ilmiah tersebut ialah karena jenis Semi Ilmiah memang masih banyak digunakan misal dalam komik, anekdot, dongeng, hikayat, novel, roman dan cerpen.

Karakteristiknya berada diantara ilmiah. Ciri-ciri karangan Semi Ilmiah antara lain
1.Ditulis berdasarkan fakta pribadi
2.Fakta yang disimpulkan subyektif
3.Gaya bahasa formal dan popular
4.Mementingkan diri penulis
5.Melebihkan-lebihkan sesuatu
6.Usulan-usulan bersifat argumentatif, dan
7.Bersifat persuasif.

III. Karangan Non Ilmiah (Fiksi)
Adalah satu ciri yang pasti ada dalam tulisan fiksi adalah isinya yang berupa kisah rekaan. Kisah rekaan itu dalam praktik penulisannya juga tidak boleh dibuat sembarangan, unsur-unsur seperti penokohan, plot, konflik, klimaks, setting dsb.

Ciri-ciri karangan Non Ilmiah :
1.Ditulis berdasarkan fakta pribad
2.Fakta yang disimpulkan subyektif
3.Gaya bahasa konotatif dan popular
4.Tidak memuat hipotesis
5.Penyajian dibarengi dengan sejarah
6.Bersifat imajinatif
7.Situasi didramatisir, dan
8.Bersifat persuasif.
Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah, semi-ilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semi-ilmiah antara lain artikel, feature, kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah. Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek.Pertama, karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri. Kedua, karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi. Ketiga, dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.

sumber : http://sellyinthewords.blogspot.com/2012/03/perbedaan-karangan-ilmiah-semi-ilmiah.html
http://www.fali.unsri.ac.id/index.php/menu/42

http://argen26.blogspot.com/2013/04/perbedaan-karya-ilmiah-semi-ilmiah-dan.html
http://id.wikipedia.org
http://www.kopertis3.or.id/html/wp-content/uploads/2011/05/penulisan-ilmiah.pdf
http://dianpurnamasari1004.wordpress.com/2013/04/02/karya-ilmiah-karya-non-ilmiah-dan-karya-ilmiah-populer/
http://ebod-suherman.blogspot.com/2013/10/pengertian-macam-sifat-dan-bentuk-dari.html

Bab 5
Metode penelitian

Metode ilmiah atau proses ilmiah (scientific method) merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam  yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.
Metode ilmiah merupakan proses berpikir untuk memecahkan masalah
Metode ilmiah berangkat dari suatu permasalahan yang perlu dicari jawaban atau pemecahannya. Proses berpikir ilmiah dalam metode ilmiah tidak berangkat dari sebuah asumsi, atau simpulan, bukan pula berdasarkan  data atau fakta khusus. Proses berpikir untuk memecahkan masalah lebih berdasar kepada masalah nyata. Untuk memulai suatu metode ilmiah, maka dengan demikian pertama-tama harus dirumuskan masalah apa yang sedang dihadapi dan sedang dicari pemecahannya. Rumusan permasalahan ini akan menuntun proses selanjutnya.
Pada Metode Ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis
Dalam metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis dengan bertahap, tidak zig-zag. Proses berpikir yang sistematis ini dimulai dengan kesadaran akan adanya masalah hingga terbentuk sebuah kesimpulan. Dalam metode ilmiah, proses berpikir dilakukan sesuai langkah-langkah metode ilmiah secara sistematis dan berurutan.
Metode ilmiah didasarkan pada data empiris
Setiap metode ilmiah selalu disandarkan pada data empiris. maksudnya adalah, bahwa masalah yang hendak ditemukan pemecahannya atau jawabannya itu harus tersedia datanya, yang diperoleh dari hasil pengukuran secara objektif. Ada atau tidak tersedia data empiris merupakan salah satu kriteria penting dalam metode ilmiah. Apabila sebuah masalah dirumuskan lalu dikaji tanpa data empiris, maka itu bukanlah sebuah bentuk metode ilmiah.
Pada metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara terkontrol
Di saat melaksanakan metode ilmiah, proses berpikir dilaksanakan secara terkontrol. Maksudnya terkontrol disini adalah, dalam berpikir secara ilmiah itu dilakukan secara sadar dan terjaga, jadi apabila ada orang lain yang juga ingin membuktikan kebenarannya dapat dilakukan seperti apa adanya. Seseorang yang berpikir ilmiah tidak melakukannya dalam keadaan berkhayal atau bermimpi, akan tetapi dilakukan secara sadar dan terkontrol.

Langkah-Langkah Metode Ilmiah
Karena metode ilmiah dilakukan secara sistematis dan berencana, maka terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan secara urut dalam pelaksanaannya. Setiap langkah atau tahapan dilaksanakan secara terkontrol dan terjaga. Adapun langkah-langkah metode ilmiah adalah sebagai berikut:

Langkah-langkah
1. Memilih dan mendefinisikan masalah.
2. Survei terhadap data yang tersedia.
3. Memformulasikan hipotesa.
4. Membangun kerangka analisa serta alat-alat dalam menguji hipotesa.
5. Mengumpulkan data primair.
6. Mengolah, menganalisa serla membuat interpretasi.
7. Membual generalisasi dan kesimpulan.
8. Membuat Laporan

kriteria metode ilmiah

Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut:
1. Berdasarkan fakta.
2. Bebas dari prasangka (bias)
3. Menggunakan prinsip-prinsip analisa.
4. Menggunakan hipotesa
5. Menggunakah ukuran objektif.
6. Menggunakan teknik kuantifikasi.
6.1. Berdasarkan Fakta

Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang dianalisa haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Janganlah penemuan atau pembuktian didasar-kan pada daya khayal, kira-kira, legenda-legenda atau kegiatan sejenis.

6.2. Bebas dari Prasangka
Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan subjektif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap dan dengan pembuktian yang objektif.

6.3. Menggunakan Prinsip Analisa
Dalam memahami serta member! arti terhadap fenomena yang kompleks, harus digunakan prinsip analisa. Semua masalah harus dicari sebab-musabab serta pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis, Fakta yang mendukung tidaklah dibiarkan sebagaimana adanya atau hanya dibuat deskripsinya saja. Tetapi semua kejadian harus dicari sebab-akibat dengan menggunakan analisa yang tajam.
6.4. Menggunakan Hipotesa
Dalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan analisa. Hipotesa harus ada untuk mengonggokkan persoalan serta memadu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat. Hipotesa merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran peneliti.

6.5. Menggunakan Ukuran Obyektif
Kerja penelitian dan analisa harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif. Ukuran tidak boleh dengan merasa-rasa atau menuruti hati nurani. Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat secara objektif dan dengan menggunakan pikiran yang waras.

6.6. Menggunakan Teknik Kuantifikasi
Dalam memperlakukan data ukuran kuantitatif yang lazim harus digunakan, kecuali untuk artibut-artibut yang tidak dapat dikuantifikasikan Ukuran-ukuran seperti ton, mm, per detik, ohm, kilogram, dan sebagainya harus selalu digunakan Jauhi ukuran-ukuran seperti: sejauh mata memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang rokok, dan sebagai¬nya Kuantifikasi yang termudah adalah dengan menggunakan ukuran nominal, ranking dan rating

Langkah-langkah dalam metode ilmiah
Pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode ilmiah harus mengikuti langkah-langkah tertentu. Marilah lebih dahulu ditinjau langkah-langkah yang diambil oleh beberapa ahli dalam mereka melaksanakan penelitian.

Schluter (1926) memberikan 15 langkah dalam melaksanakan penelitian dengan metode ilmiah. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pemilihan bidang, topik atau judul penelitian.
2. Mengadakan survei lapangan untuk merumuskan masalah-malalah yang ingin dipecahkan.
3. Membangun sebuah bibliografi.
4. Memformulasikan dan mendefinisikan masalah.
5. Membeda-bedakan dan membuat out-line dari unsur-unsur permasalahan.
6. Mengklasifikasikan unsur-unsur dalam masalah menurut hu-bungannya dengan data atau bukti, baik langsung ataupun tidak langsung.
7. Menentukan data atau bukti mana yang dikehendaki sesuai dengan pokok-pokok dasar dalam
    masalah.
8. Menentukan apakah data atau bukti yang dipertukan tersedia atau tidak.
9. Menguji untuk diketahui apakah masalah dapat dipecahkan atau tidak.
10. Mengumpulkan data dan keterangan yang diperlukan.
11. Mengatur data secara sistematis untuk dianalisa.
12. Menganalisa data dan bukti yang diperoleh untuk membuat interpretasi.
13. Mengatur data untuk persentase dan penampilan.
14. Menggunakan citasi, referensi dan footnote (catatan kaki).
15. Menulis laporan penelitian.

Dalain melaksanakan penelitian secara ilmiah. Abclson (1933) mcmberikan langkah-langkah berikut:
1. Tentukan judul. Judul dinyatakan secara singkat

2. Pemilihan masalah. Dalam pemilihan ini harus: a). Nyatakan apa yang disarankan oleh judul. b). Berikan 
    alasan terhadap pemilihan tersebut. Nyatakan perlunya diselidiki masalah menurut kepentingan umum. c). 
    Sebutkan ruang lingkup penelitian. Secara singkat jelaskan materi. situasi dan hal-hal lain yang menyangkut
    bidang yang akan diteliti.

3. Pemecahan masalah. Dalain niemecahkan masalah harus diikuti hal-hal berikut: a).
    Analisa harus logis. Aturlah bukti dalam bnntuk yang sistematis dan logis. Demikian juga halnya
    unsur-unsur yang dapat memecahkan masalah. b). Proscdur penelitian yang digunakan harus dinyatakan
    secara singkat. c) Urutkan data, fakta dan keterangan-keterangan khas yang diperlukan d). Harus 
    dinyatakan bagaimana set dari data diperoleh termasuk referensi yang digunakan. e). Tunjukkan cara data
    dilola sampai mempunyai arti dalam memecahkan masalah. f). Urutkan asumsi-asumsi yang digunakan
    serta luibungannya dalam berbagai fase penelitian.

4. Kesimpulan
a). Berikan kesimpulan dari hipotesa. nyatakan dua atau tiga kesimpulan yang mungkin diperoleh b). Berikan
     implikasi dari kesimpulan. Jelaskan bebernpa implikasi dari produk hipotesa dengan memberikan
     beberapa inferensi.

5. Berikan studi-studi sebelumnya yang pernah dikerjakan yang berhubungan dengan masalah.
    Nyalakan kerja-kerja sebelumnya secara singkat dan berikan referensi bibliografi yang mungkin ada 
    manfaatnya scbagai model dalam memecahkan masalah. Dari pedoman beberapn ahli di atas, maka dapal
    disimpulkan balnwa penelitian dengan mcnggunakan metode ilmiah sckurang-kurangnya dilakukan dengan 
    langkah-langkah berikut:

5.1. Merumuskan serta mcndefinisikan masalah
langkah pertama dalam meneliti adalah menetapkan masalah yang akan dipecahkan. Untuk menghilangkan keragu-raguan. masalah tersebut didefinisikan secara jelas. Sampai ke mana luas masalah yang akan dipecahkan Sebutkan beberapa kata kunci (key words) yang terdapal dalam masalah Misalnya. masalah yang dipilih adalah Bagaimana pengaruh mekanisasi terhadap pendapatan usaha tani di Aceh?
Berikan definisi tentang usaha tani, tentang mekanisasi, pada musim apa. dan sebagainya
5.2. Mengadakan studi kepustakaan
Setelah masalah dirumuskan, step kedua yang dilakukan dalam mencari data yang tersedia yang pernah ditulis peneliti sebelumnya yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan. Kerja mencari bahan di perpustakaan merupakan hal yang tak dapat dihindarkan olch seorang peneliti. Ada kalanya. perumusan masalah dan studi keputusan dapat dikerjakan secara bersamaan.

5.3. Memformulasikan hipotesa
Setelah diperoleh infonnasi mengenai hasil penelitian ahli lain yang ada sangkut-pautnya dengan masalah yang ingin dipecahkan. maka tiba saatnya peneliti memformulasikan hipotesa-hipolesa unttik penelitian. Hipotesa tidak lain dari kesimpulan sementara tentang hubunggan sangkut-paut antarvariabel atau fenomena dalam penelitian. Hipotesa merupakan kesimpulan tentatif yang diterima secara sementara sebelum diuji.

5.4. Menentukan model untuk menguji hipotesa
Setelah hipotesa-hipotesa ditetapkan. kerja selanjutnya adalah merumuskan cara-cara untuk menguji hipotesa tersebut. Pada ilmu-ilmu sosial yang telah lebih berkembang. scperti ilmu ekonomi misalnva. pcnguji’an hipotesa didasarkan pada kerangka analisa (analytical framework) yang telah ditetapkan. Model matematis dapat juga dibuat untuk mengrefleksikan hubungan antarfenomena yang secara implisif terdapal dalam hipotesa. untuk diuji dengan teknik statistik yang tersedia.
Pcngujian hipotesa menghendaki data yang dikumpulkan untuk keperluan tersebut. Data tersebut bisa saja data prime ataupun data sekunder yang akan dikumpulkan oleh peneliti.

5.5. Mengumpulkan data
Peneliti memerlukan data untuk menguji hipotesa. Data tersebut yang merupakan fakta yang digunakan untuk menguji hipotesa perlu dikumpulkan. Bcrgantung dan masalah yang dipilih serta metode pcnelitian yang akan digunakan. teknik pengumpulan data akan berbeda-beda. Jika penelitian menggunakan metode percobaan. misalnya. data diperoleh dan plot-plot pcrcobaan yang dibual sendiri oleh peneliti Pada metodc scjarah ataupun survei normal, data diperoleh dengan mcngajukan pertanyaan-pertanyaan kepada responden. baik secara langsung ataupun dengan menggunakan questioner Ada kalanya data adalah hasil pengamatan langsung terhadap perilaku manusia di mana peneliti secara partisipatif berada dalam kelompok orang-orang yang diselidikinya.

5.6. Menyusun, Menganalisa, and Menyusun interfensi
Setelah data terkumpul. pcneliti menyusun data untuk mengadakan analisa Sebelum analisa dilakukan. data tersebul disusun lebih dahulu untuk mempermudah analisa. Penyusunan data dapat dalam bentuk label ataupun membuat coding untuk analisa dengan komputer. Sesudah data dianalisa. maka perlu diberikan tafsiran atau interpretasi terhadap data tersebut.

5.7. Membuat generalisasi dan kesimpulan
Setelah tafsiran diberikan, maka peneliti membuat generalisasi dari penemuan-penemuan, dan selanjutnya memberikan beberapa kesimpulan. Kesimpulan dan generalisasi ini harus berkaitan dengan hipotesa. Apakah hipotesa benar untuk diterima. ataukah hiporesa tersebut ditolak.

5.8.Membuat laporan ilmiah
Langkah terakhir dari suatu penelitian ilmiah adalah membuat laporan ilmiah tentang hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut. Penulisan secara ilmiah mempunyai teknik tersendiri.

sumber :

http://id.wikipedia.org/wiki/Metode_ilmiah
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/07/pengertian-dan-langkah-langkah-metode-ilmiah.html
http://nugrohoadi2ka12.wordpress.com/2011/05/30/langkah-langkah-metode-ilmiah/
http://google.com

Bab 6
Aspek pendekatan karangan ilmiah

Tujuan  : mampu menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar, baik secara lisan dan terutama tulisan sebagai sarana pengungkap gagasan ilmiah.
1.      Ragam bahasa
2.      Ejaan
3.      Diksi
4.      Kalimat
5.      Alinea
6.      Perencanaan penulisan karangan ilmiah
7.      Kerangka karangan
8.      Kutipan dan catatan kaki
9.      Abstrak dan daftar pustaka.


Ragam Bahasa
menurut pengertian nya ragam bahasa merupakan variasi bahasa menurut pemakaian yang berbeda-beda menurut topic / pembahasan yang sedang di bicarakan . ragam bahasa juga dapat di gunakan dalam sarana penulisan karya ilmiah karena menggunakan bentuk kosakata yang baku dan resmi.

Ejaan
                Ejaan adalah bunyi-bunyi bahasa dengan huruf yang sering di ucapkan dan di gunakan dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat juga di gunakan untuk memisahkan atau menggabungkan  bahasa.

Diksi
                pemilihan kata , gaya bahasa dan ungkapan – ungkapan seorang penulis atau pengarang untuk menggambarkan sebuah cerita , agar dapat menghasilkan cerita yang menarik.

Kalimat
                Satuan bahasa dalam bentuk lisan maupun tulisan yang dapat mengungkapkan suatu pemikiran seorang pembicara. Kalimat terbagu menjadi 2 jenis yaitu kalimat fakta ( kalimat yang berisi tentang kejadian / peristiwa yang nyata ) dan kalimat opini ( kalimat yang berisi tentang pendapat – pendapat atau perkiraan terhadap sesuatu hal yang belum terjadi )

Alinea
kesatuan pikiran yang lebih tinggi dari sebuah kalimat yangg merupakan himpunan yang saling berkaitan satu sama lain untuk membuat sebuah gagasan dari penulis.

Perencanaan penulisan karangan ilmiah
                Perencanaan penulisan karangan ilmiah ini sangat penting karena pada point ini lah , kita akan merencanakan membuat tulisan tentang apa , di mulai dari pemilihan topic , pembatasan topic , penulisan judul hingga penentuan kerangka karangan.

Kerangka karangan
                Bagian ini merupakan sebuah kerangka atau “badan” dari sebuah penulisan yang memuat garis –garis besar dari sebuah karangan atau tulisan yang di susun secara sistematis , jelas dan terstruktur dengan baik.

Kutipan dan catatan kaki
                Kutipan adalah gagasan, ide, pendapat yang diambil dari berbagai sumber. Proses pengambilan gagasan itu disebut mengutip, sedangkan catatan kaki adalah daftar keterangan khusus yang ditulis di bagian bawah setiap lembaran akhir bab sebuah karangan ilmiah , dari pengertian di atas menunjukan bahwa point ini sangat berguna atau berfungsi dalam suatu karangan ilmiah.

Abstrak dan daftar pustaka
                Abstrak merupakan sajian secara singkat mengenai inti dari suatu karangan ilmiah , tanpa ada nya tambahan , kritik maupun tanggapan dari penulis itu sendiri , sedangkan daftar pustaka suatu daftar yang berisi semua sumber-sumber bacaan yang digunakan sebagai bahan acuan atau referensi dalam penulisan karya ilmiah.

Sumber :
Http:/www.google.com

Rabu, 01 April 2015

Tugas Softkill bahasa indonesia 2 - bagian 3 berpikir induktif



Bagian 3 berpikir induktif
   
Apa itu penalaran induktif ?
Penalaran induktif adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Penalaran ini memudahkan untuk memetakan suatu masalah sehingga dapat dipakai dalam masalah lain yang serupa. Catatan bagaimana penalaran induktif ini bekerja adalah, meski premis-premis yang diangkat benar dan cara penarikan kesimpulannya sah, kesimpulannya belum tentu benar. tapi kesimpulan tersebut mempunyai peluang untuk benar..Penalaran induktif dapat berbentuk generalisasi, analogi, dan kausal.

Ciri-Ciri Paragraf Induktif

•    Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus
•    Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus
•    Kesimpulan terdapat di akhir paragraf
•    Menemukan Kalimat Utama, Gagasan Utama, Kalimat Penjelas
•    Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraf
•    Gagasan Utama terdapat pada kalimat utama
•    Kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni yang mengungkapkan peristiwa-
      peristiwa khusus
•    Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasan utama

 
Beberapa Contoh Paragraf Induktif

1.    Sejak suaminya meninggal dunia dua tahun yang lalu, Ny. Ahmad sering sakit. Setiap bulan ia pergi ke dokter memeriksa sakitnya. Harta peninggalan suaminya semakin menipis untuk membeli obat dan biaya pemeriksaan, serta untuk biaya hidup sehari-hari bersama tiga orang anaknya yang masih sekolah. Anak yang tetua dan adiknya masih kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta, sedangkan yang nomor tiga masih duduk di bangku SMA. Sungguh berat beban hidupnya.
Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diakhir paragraf (Induktif), yaitu Sungguh berat beban hidupnya.

2.    Di era zaman globalisasi ini, banyak orang yang memiliki sepeda motor. Itu disebabkan, karena sekarang mereka bisa memiliki sepeda motor dengan cepat dan mudah. Agar tidak datang terlambat, banyak orang yang berangkat bekerja dengan mengendarai sepeda motor. Bahkan anak sekolah pun tidak mau kalah. Mereka berangkat ke sekolah memilih mengendarai sepeda motor. Dari pada naik sepeda biasa ataupun angkutan umum. Begitu juga dengan ibu-ibu. Untuk pergi ke pasar saja, mereka menggunakan sepeda motor. Hal ini menunjukkan bahwa sekarang sepeda motor dianggap sebagai barang yang sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari.
Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diakhir paragraf (Induktif), yaitu sepeda motor dianggap sebagai barang yang sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari.

Penalaran Induktif Generalisasi

Generalisasi adalah penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau peristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili.

Contoh:
1.    Kenaikan BBM baru-naru ini tekah menyebabkan harga-harga kebutuhan pokok melambung tinggi. Para pengguna angkutan umum harus membayar dua kali lipatbesarnya dari sebelum adanya kenaikan BBM. langkanya BBM membuatmasyarakat resah dan panik..

2.    Untuk mendapatkan komputer dengan kinerja yang memuaskan, kita wajib membeli hardware dan meng-upgrade software dengan baik. Bukan hanya itu saja, semua komponen komputer haruslah dirawat dengan baik agar tidak terjadi kerusakan. Dan pemakaian komputer haruslah baik, mulai dari penataan cahaya, suhu udara dan lama komputer dalam keadaan aktif. Jangan sampai komputer dalam keadaan menyala, tetapi tidak diakses. Jadi, untuk mendapatkan kinerja maksimal, memuaskan dan awet kita harus benar-benar memperhatikan komputer kita.

3.    Saya melihat orang-orang asyik membaca koran di halte bus. Kegiatan serupa juga saya jumpai di peron stasiun kereta api. Saat saya jalan-jalan di taman hal yang sama juga saya lihat orang duduk bersantai sambil membaca koran. Bahkan, ketika saya keluar ruang dan sampai di trotoar, saya melihat berderet anak sekolah, kawula muda, dan orang dewasa semua sedang membaca. Jadi, banyak orang yang memanfaatkan waktu untuk membaca.

Penalaran Hipotesis dan teori


Hipotesa adalah sebuah Informasi yang masih belum teruji kebenarannya, sedangkan Teori adalah sebuah fakta yang tepat dan bisa dipertanggung jawabkan.

Hipotese (hypo : di bawah, tithenai : menempatkan) adalah semacam teori yang diterima sementara waktu untuk menerangkan fakta tertentu sebagai penunun untuk meneliti fakta lebih lanjut. Sebaliknya, teori sebenarnya merupakan hipotese yang secara relative lebih kuat sifatnya bila dibandingkan dengan hipotese. Teori adalah azas – azas yang umum dan abstrak yang diterima secara ilmiah dan sekurang – kurangnya data dipercaya untuk menerangkan fenomena – fenomena yang ada. Hipotese merupakan suatu dugan yang bersifat sementara mengenai sebab –sebab atau relasi antara fenomena – fenomena, sedangkan teori merupakan hipotese yang telah di uji dan yang dapat diterapkan pada fenomena – fenomena yang relevan atau sejenis.

Dengan demikian, walaupun hipotese merupakan cara yang baik untuk mempertalikan fakta –fakta tertentu, suatu waktu hipotese itu dapat ditolak karena fakta – fakta baru yang dijumpai bertentangan atau tidak lagi menunjang hipotese tadi. Sebab itu persoalan yang dihadapi adalah bagaimana merumuskan sebuah hipotese yang kuat. Untuk merumuskan sebuah hipotese yang baik perhatian beberapa ketentuan berikut :
Secara maksimal memperhitungkan semua evidensi yang ada; semakin banyak evidensi yang digunakan, semakin kuat hipotese yang diajukan (ciri kuantitatif).
Bila tidak ada alasan – alasan lain, maka antara dia hipotese yang tidak mungkin diturunkan, lebih baik memilih hipotese yang sederhana daripada yang rumit. Bila menghadapi seorang mahasiswa yang tidak lulus ujian ,apakah harus mengatakan bahwa ia tidak lulus karena tidak belajar dan tidak menguasai pelajarannya, atau karena para dosen menaruh sentiment terhadapnya sehingga member nilai yang menjatuhkannya?
Sebuah hipotese tidak pernah terpisah dari semua pengetahuan dan pengalaman manusia walaupun mungkin fakta – faktanya meyakinkan (prinsipkohorensi).
Hipotese bukan hanya menjelaskan fakta – fakta yang membentuknya, tetapi juga harus menjelaskan juga fakta – fakta lain sejenis yang belum di selidiki.

Hipotesis ini merupakan suatu jenis proposisi yang dirumuskan sebagai jawaban tentatif atas suatu masalah dan kemudian diuji secara empiris. Sebagai suatu jenis proposisi, umumnya hipotesis menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel yang di dalamnya pernyataan-pernyataan hubungan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka teoritis. Hipotesis ini, diturunkan, atau bersumber dari teori dan tinjauan literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.

Pernyataan hubungan antara variabel, sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, merupakan hanya merupakan dugaan sementara atas suatu masalah yang didasarkan pada hubungan yang telah dijelaskan dalam kerangka teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian. Sebab, teori yang tepat akan menghasilkan hipotesis yang tepat untuk digunakan sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif peneliti menguji suatu teori. Untuk meguji teori tersebut, peneliti menguji hipotesis yang diturunkan dari teori.


Penalaran Induktif Analogi

Analogi adalah penalaran dengan cara membandingkan dua hal yang banyak menandung persamaan. Dengan kesamaan tersebut dapatlah ditarik kesimpulannya. Paragraf analogi ini merupakan bagian paragraf induktif.

Contoh:
Peternakan merupakan aspek perekonomian yang penting dan menjanjikan. Selain dapat menjadi lahan pendapatan, peternakan juga memiliki dampak positif meningkatkan gizi masyarakat. Pengembangan peternakan dapat memenuhi kebutuhan daging warga sehingga negara tidak perlu mengimpor daging dari luar. Pertanian juga merupakan aspek perekonomian yang penting. Pengembangan pertanian dapat memenuhi kebutuhan beras warga sehingga impor dari luar tidak diperlukan.

Penalaran Induktif Kausal (Sebab Akibat)

Hubungan kausal adalah proses penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Hubungan kausal ada tiga jenis, yaitu sebagai berikut:
•    Sebab – Akibat. Sebab – akibat ini berpola A menyebabkan B.
•    Akibat – Sebab. Akibat – sebab ini berpola Akibat dari B
•    Akibat–Akibat. Akibat–akibat merupakan penalaran yang menyiratkan penyebabnya,  
     Peristiwa akibat langsung disimpulkan pada akibat yang lain.

Contoh :
1.    Kemarau tahun ini cukup panjang. Sebelumnya, pohon-pohon di hutan sebagi penyerap air banyak yang ditebang. Di samping itu, irigasi di desa ini tidak lancar. Ditambah lagi dengan harga pupuk yang semakin mahal dan kurangnya pengetahuan para petani dalam menggarap lahan pertaniannya. Oleh karena itu, tidak mengherankan panen di desa ini selalu gagal.

2.    Bencana banjir lumpur akibat jebolnya tanggul Sumur Urip di Semarang Selatan menimbulkan berbagai macam penyakit. Beberapa penyakit yang akan timbul sesudah bencana adalah diare, tifus, dan demam berdarah. Masalah kesehatan pada korban dan masyarakat di sekitar lokasi bencana harus diantisipasi. Beberapa penyakit itu muncul karena lingkungan kotor dan sumber air bersih tercemar lumpur.

3.    Lima tahun yang lalu hutan bakau di Cilacap dibabat habis-habisan. Lahan bekas hutan bakau itu disulap menjadi tambak-tambak udang windu. Memang, pada waktu itu pengusaha udang windu memperoleh keuntungan besar karena harganya sangat mahal diluar negeri. Akan tetapi,setelah barang dagangan itu tidak laku dipasaran internasional, para pengusaha kembali ke kota, meninggalkan kerusakan lingkungan. Laut tercemar karena hutan bakau yang menyaring limbah yang masuk ke laut tidak ada lagi. Sekarang, puluhan ribu nelayan sulit menghidupi keluarganya karena tak ada ikan yang dapat ditangkap di tepi pantai.

Induksi dalam Metode Eksposisi Eksposisi 
adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat. 
Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi ditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.
Langkah menyusun eksposisi: 
  • Menentukan topik/tema 
  • Menetapkan tujuan 
  • Mengumpulkan data dari berbagai sumber 
  • Menyusun kerangka karangan sesuai topik yang dipilih 
  • Mengembangkan kerangka menjadi eksposisi 
Referensi : 

http://www.wayankatel.com/2012/09/pengertian-ciriciri-contoh-paragrafinduktif.html
http://laser-ijo.blogspot.com/2013/03/contoh-pararaf-induktif-sebab-akibat.html
http://jurnalmasbro.wordpress.com/2012/12/12/belajar-mengenal-paragraf-berpola-induktif-generalisasi-analogi-dan-kausal/
http://laser-ijo.blogspot.com/2013/03/contoh-paragraf-induktif-generalisasi.html